Thursday, July 25, 2013

The real EX ZONED

11 Sept 2012
I'm wondering why I didnt publish it. 
#bingungsendiri
Tapi setelah baca kontennya, gw baru sadar kenapa. Confidential issues. 
Happy reading 




You fall out of love, break up with ur partner, and move on with your life.
As simple as that (ngucap gampang), ngelakuinnya susah ye. Dua teman baik gw saat ini lg ketar ketir gitu. Udah putus, tp masih dalam tahap penggantungan. Yang satu sepertinya sudah kehilangan perasaan, yang satunya masih berjuang untuk bisa balikan. I guess its not their 1st time so there’s (always) a chance of getting back. They were a sweet couple, were my role models. Investasi mereka udah banyak dalam relasi tersebut (baik material maupun perasaan) but it just wouldn’t work out if one of them didn’t want to be in a relationship with each other.

I don’t have the heart to tell her this way therefore I’m blogging now. I’m listening to Adele at the moment (sayat2 pake pisau sevel) =D Hmm, jujur aja gw rada serba salah karena gw lebih relate (based on experience) sama pacarnya ketimbang sama temen gw. Ketika gw dicurhatin sama temen gw, gw berasa kayak dicurhatin sama mantan gw. Kejadiannya 11-12 tp gw mutusin dulu sebelum dating sama pacar gw yg skrg. Oh iya, keduanya itu teman baik gw (see, when it comes to break-up, mau ga mau pasti ada taking side moment walaupun Cuma temporary. But really, I do love them just like my sisters and I’m trying being completely neutral although there’s no such thing in Psychology).

Gw nulis ini krn gregetan aja, yang satu masih usaha, yg satu ga mau menjelaskan perasaannya (tau sih bingung bgt, diantara 2 pilihan, Cuma kalau memang mau putus, diseriusin, instead of mengadakan pergantungan). Semuanya wajar dan memang begitulah keadaan orang putus. Cuma kalau memang ada yg baru dan pengen diseriusin (terlepas dari org itu suka balik/ngga), yaudah jgn gantungin mantannya. Gw ngeliatnya sih kayak yg satu ada 2 pilihan dan unfortunately si mantan lg jadi ban serep. Itu gak enak bgt lho. Secara sadar ga sadar ya, semakin lama pergantungan ini, semakin bingung si pacar, semakin nelongso si mantan.

Hal ini dilakukan mungkin krn takut kehilangan “rasa nyaman” atau takut gak dapet pacar pasca putus dari kedua pihak. Tapi bukankah itu konsekuensi dari putus hubungan?

Kalau gw merefleksikan soal konsekuensi ini, gw pun juga ga munafik lah, Gw kangen sama mantan gw karena memang kami pernah menghabiskan sekian tahun bareng. Apalagi kami masih dalam masa “6 bulan ga ngobrol”. I think it works. Jadi kami benar2 fokus pada hidup kami. Kami tau, masukin relasi yg gak jelas juntrungannya malah menghambat kami untuk berkembang. Dan memang saat itu, gw mgkin lbh aware sama ketidaksehatan relasi kami dan nekat untuk kehilangan rasa nyaman dari dia. And she agreed to it (this is what makes she is cool). Menarik sih memang. Relasi bertahun-tahun dikubur so we can function well.

Gw ga kebayang kalau ga ada 6 month agreement. Kemungkinan kami untuk saling mengabuse secara voluntary bisa timbul dan mgkin malah menghambat kinerja kami. Now we don’t want that to happen, right? (although prosesnya memang menyakitkan dan gak mudah) I guess its worth it.
Btw, if I got a chance to talk to her, I just wanna say sorry for giving ADELE’s CD. I really am. I thought it was a nice break-up gift. (taunya liriknya begitu, setelah gw dengerin ratusan kali, gw jadi ikutan galau.. bangke kamu, adele!)

#meh

#NowPlaying He Won’t Go-Adele
I won’t go.. I can’t do it on my own
If this ain’t love, then what is?
I am willing to take the risk..
#Sayat2PakePisauSevel

No comments: