Friday, July 26, 2013

Moving On



It's called break up because it's broken.

Break up always has its ups and downs, however you move on with your life, get a new partner, and so on. And what if you don't move on?


Oke, 1 kasus dari teman baik gw, Grandiosa dan mantannya Leviosa (terinspirasi dari mainan baru, terminologi psikologi dan Harry Potter yang dikawinkan secara tidak senonoh). Grandiosa sudah putus dari Leviosa setahun lebih. Leviosa sudah punya pasangan baru, sedangkan Grandiosa berjanji pada dirinya sendiri untuk menjomblo selama 2 tahun (to pull things together, be a better person, and just chilling plus mingling while being single. awesome? absolutely).

Grandiosa dan Leviosa tetap berteman setelah mereka putus atas nama menjalin silahturami. I'm sure they aware of what they're doing. The way I see it, mereka membuat comfort zone (terlepas dari Leviosa sudah punya pasangan) untuk mereka berdua dimana mereka tetap menyayangi satu sama lain dengan caranya masing-masing. The attention and affection is similar like when they're together (the sweet nicknames and the behaviors towards each other is limited but they still shared the same passion about each other).

Masalah datang ketika Grandiosa menemukan orang lain yang bisa membuatnya nyaman hingga jatuh cinta. Kalau boleh gw gambarkan, Leviosa merasa ditinggalkan sendiri dari zona nyamannya karena Grandiosa telah membuat zona nyaman baru bersama orang baru ini.

Leviosa berusaha untuk menarik perhatian Grandiosa dan terkesan menuntut diperlakukan seperti dulu saat mereka masih dekat sehingga membuat Grandiosa tidak nyaman. Seakan tidak rela perannya direbut sama si orang baru, Leviosa menuduh Grandiosa sudah tidak sayang, tidak perhatian dan tidak-tidak lainnya. The bottom line is Leviosa is craving for Grandiosa's attention and affection. She cannot access it any longer because Grandiosa has already met someone new to comfort her.

Jadi saat ini Grandiosa dilemma dan bingung menghadapi Leviosa yang terus-terusan menganalisa perilakunya Grandiosa. Jawaban dari Grandiosa adalah "kita berteman" ketika Leviosa bertanya Grandiosa sayang sama dia atau tidak. It's not really the answer for me. The answer is yes or no then you get the chance to explain it.

Dari sudut pandang gw sebagai observer, it's obvious that Grandiosa has already moved on from Leviosa. Tapi dia ga kasih tau ke Leviosa sehingga Leviosa jadi bingung. Dari pernyataan "kita berteman" saja udah ambigu karena perilakunya masih seperti pasangan (walaupun tidak berstatus pacaran). Leviosa pun tidak mau disamakan dengan teman-teman Grandiosa. Wait, did I miss something here? Oh yeah, it's clear that Grandiosa used to abuse the term "FRIEND" (dengan perlakukannya yang lebih dari sekedar teman ke Leviosa) dan tidak ada kejelasan diantara hubungan mereka. So when Grandiosa mentioned that they're friends but the ACTIONS didnt meet Leviosa's expectation, Leviosa got confused and disoriented. "Jadi kamu nganggep aku sebagai apa?" mungkin itu salah satu yang dipikirkan Leviosa. Dan Grandiosa terlalu jenuh menghadapi sikap Leviosa yang terlalu menuntut.

I say Grandiosa is a coward. If only Grandiosa can tell Leviosa "I've moved on from you. I still wanna be friends with you but I cannot give you what you want any longer, what I've been giving you since we broke up. I want to pursue my own happiness and apparently you are not making me happy at the moment," maybe Leviosa will understand the fact that her rebound guy is no longer available so stop expecting anything from Grandiosa.

To be perfectly honest, this is a simple case. It doesn't take a psychologist to figure this out. Gimana mau move on kalau masih nyaman diperlakukan layaknya pacar? Fiuh, gw bersyukur bisa mencegah drama-drama gak penting tapi esensial dan bikin galau kayak begini. Setelah putus dari mantan gw yg 4,5 tahun (jatuh bangun moment, dangdut banget deh love life gw saat itu), gw langsung minta puasa 6 bulan di muka. Memang kesannya tega dan jahat dan "sampe segitunya ye lo mau ngapus gw dari hidup lo?" tapi gw tau tabiat dia yang gemar intervensi hubungan gw ketika gw sudah sama orang lain. Gw tau gw lemah dan mungkin bisa kebawa arus "mari kita balikan lagi, neng" atau bahkan lebih parah "mari kita belaga pacaran tapi gak perlu pake status, yang penting kita berdua bahagia (padahal euphoria)" makanya gw buru-buru minta maaf dan mengajukan proposal puasa 6 bulan ga berhubungan (telpon, sms, bbm, fb, email, sebutin aja semuanya). Setelah 6 bulan, kami ketemu lagi dan gw ngeliat bahwa dia bisa dijadiin temen (tentunya gak pake aku-kamu, sebutan sayang, pegang2 modus, bbman tiap hari secara intense dan segala jenis HEART FUCK lainnya). Another achievement is I finally can meet her and introduce my current girlfriend to my ex. Surprisingly, they can get along together altho it was a bit awkward for the first 15 minutes. But the meeting goes well and it is indeed a friendly lunch.

Enough bragging, balik lagi ke kasus diatas, gw berharap Grandiosa punya keberanian untuk berterus terang dan Leviosa bisa menerimanya dengan baik. Biar proses move on-nya bisa berjalan lancar. Tapi kalau mereka tetap memutuskan (setelah negosiasi) untuk tidak move on dari relasi mereka yang telah berakhir belasan bulan yang lalu dan melanjutkan pertemanan plus plus ini, semoga tidak menimbulkan konflik baru dalam comfort zone mereka dan menyeret pasangan Leviosa ke dalam konflik yang sebenernya "ga ada masalah tapi diada-adain".



Have a great Saturday night. And you are awesome. You truly are.

No comments: