Sunday, November 24, 2019

Berserah 2.0

Gw perlu menuliskan hal ini untuk kebaikan gw. Gw memendam ini sudah terlalu lama dan gw dulu pernah enggan membahas hal ini.

Tiga bulan yang lalu anak kami lahir. Dua minggu pertama adalah dua minggu terlama gw melewati hari-hari menjadi IBU. Masih newbie, masih adjustment. Gw sudah baca dan kulik2 sedikit soal baby blues dan gw dulu pernah bilang, “ah, gw bisa melewati hari-hari paska persalinan tanpa baby blues”.

Ternyata ngga. Gw melihat diri gw menangis ketika sedang menyusui, sedang menyetrika, sedang berdiam diri, sedang duduk di atas Kasur, pokoknya gw bisa nangis kapanpun.

Apa sih yang gw pikirkan saat itu? Ada kalanya gw bersyukur sama Tuhan karena telah dititipkan Rene, bocah mungil yang tidak mau merepotkan siapapun. Gw berterima kasih karena dari semua pasangan yang ada, kami salah satu yang diberi kepercayaan untuk memiliki momongan. Tuhan Yesus baik dan akan selalu baik.

Tetapi ada malam – malam dimana gw menangisi masa depan anak gw. Apakah dia bisa sekolah di sekolah yang baik? Apakah dia bisa hidup dengan layak? Apakah dia bisa mendapatkan kesempatan seperti anaknya teman-teman gw yang umurnya sepantaran dengan Rene? Banyak hal yang gw khawatirkan sampai-sampai gw udah keasikan nangis, lupa kenapa dan tujuan nangisnya apa. Mata sembab. Okelah.

Gw memiliki ketakutan bahwa gw dan Mas tidak bisa menjadi provider yang dapat mencukupi kebutuhan Rene. Seakan dipeluk sama Tuhan, kekhawatiran gw itu sebenarnya tidak diperlukan karena Tuhan Yesus yang akan memenuhi kebutuhan Rene lebih baik dibandingkan kerja keras Mama Papanya. Gw menjadi malu dan segan karena gw seakan mempertanyakan “Apakah Tuhan mampu memelihara saya, Mas Irawan dan Rene?”. Untuk bagian itu, gw udah minta ampun berkali-kali.
DI akhir tahun 2019 ini mungkin gw benar-benar dipaksa Tuhan untuk BERSERAH. Karena sekuat apapun usaha gw, kalau Tuhan tidak mengizinkan, pastinya tidak akan terjadi. Tuhan berkali-kali memberikan pelajaran dan gw dengan sombongnya menggunakan kekuatan dan akal budi manusia. Sampai akhirnya ketika gw sadar gw mengalami baby blues, gw acceptance bahwa betul apa yang gw alami adalah baby blues. Apa yang dapat gw lakukan adalah berserah kepada Tuhan yang maha kasih. Tuhan ga akan menelantarkan anaknya. Apalagi anaknya gendut putih udah kayak mochi ketumpahan bedak.

Untuk pekerjaan freelancer, gw mulai aktif di November 2019 (2 bulan sejak lahiran). Papanya tetap melanjutkan usahanya sebagai go-send same day driver. Apapun yang Tuhan punya buat keluarga kami, kami mau tetap bersyukur dang a sekalipun kami berniat menghujat Tuhan karena semua yang terjadi dalam kehidupan kami adalah rancangannya Tuhan Yesus.

Gw bersyukur bisa mendapatkan pasangan Mas Irawan terlepas dari latar belakang, pekerjaan, apapun embel-embelnya karena satu hal yang bikin gw yakin yaitu Mas Irawan sayang sama Tuhan Yesus dan mau menjadi lebih baik seperti Kristus. Hanya itu yang membuat gw mantap dengan keputusan gw (lagipula, kalau Tuhan gak mengizinkan, ga mungkin gw bisa ngucap janji di altar di Gereja Santo Yohanes Penginjil).

So, all is well. Ini Update Cici per 24 November 2019.