Saturday, August 3, 2019

Jangan Mengeluh

"Jangan mengeluh. Karena hidup yang kalian keluhkan, bisa menjadi hidup yang diingkan orang lain"

Gw hari ini berasa agak linglung karena memang gw sedang sendirian. Sejak pulang dari kelas menulis, gw mampir ke carrefour dan gw jalan-jalan sendirian aja. Sampai akhirnya gw lelah ngider dan duduk di Imperial Kitchen. Di situ gw mulai tenggelam dalam pemikiran gw sendiri. Gw mulai mencemaskan persalinan, mencemaskan nasib anak gw kelak, dan bingung sendirian (sambil makan dan baca Quora Indonesia).

Gw mungkin ngga mengeluh karena gw masih berenang di kekhawatiran gw. Tapi rasa cemas itu bikin dada gw sakit. Dan gw merasa sesak seakan terjepit situasi padahal di tempat yang cukup luas, tetapi mentally I kinda felt trapped. Seusai makan, gw bergegas pulang. Rasanya ingin segera mandi, masuk kamar dan menangis. Entah menangisi apa, intinya butuh menguras air mata aja.

Apa mungkin gw terlalu banyak mendem ya belakangan ini? Well, mungkin dari 2018 awal. I have changed and still am. Dulu gw mudah mengungkapkan perasaan gw, bahkan terkesan ceplas ceplos. Karena itu bukan trait yang cukup diminati oleh si Mas, gw mulai meredup. Dari luar, gw akan terlihat lebih kalem. Ketika gw mendapatkan stimulus, gw akan coba menganalisa terlebih dahulu. Makanya gw diem dulu. Dan kalau gw udah overwhelmed, gw akan jadi YES MAN ke semua orang layaknya gw memperlakukan klien. Karena di saat seperti itu gw sadar, yang mereka butuhkan adalah respon segera dari gw, bukan gw yang mencoba menganalisa/kalem/berpikir lebih kritis. I am not sure if it's a good thing. I kinda feel like I am losing myself.

This process is quite challenging for me. Gw tau bahwa ketika gw memutuskan untuk menjadi lebih BAIK, jalanan di depan gw udah macam tanjakan dengan berbagai rintangan. Makanya gw mencoba untuk menenangkan diri bahwa semua ini memang bagian dari proses. Gw mengingatkan diri gw untuk tidak menyerah dan tidak mengeluh karena tujuan gw sudah jelas. I WANT TO GET BETTER.

I feel like being married is like entering a whole new level which you cant never go back (to lower level). Menariknya adalah Tuhan memberikan pasangan yang sesuai dengan level gw. Selama gw berelasi dengan pasangan di masa lampau, gw tahu mana yang gw suka dan tidak suka. Mana yang bisa gw tolerir dan tidak bisa. Dan seluruh karakteristik yang Tuhan rasa gw belum "lulus" dimasukkan ke dalam trait si Mas. Jadi ketika gw menikah, seakan gw mengulang mata kuliah prasyarat yang belum dapat gw tuntaskan (belum lulus).

Terlepas dari emotional state gw saat ini - yang holding on and try to act normal - gw mencoba bersyukur. Dari hal terkecil seperti masih dibangunkan di pagi hari, masih bisa menjadi ibu hamil, masih diberikan calon bayi yang aktif gerak-gerak, masih diberikan kesehatan , masih bisa makan, masih mampu membeli vitamin dan obat hipertensi dan semua nikmat yang diberikan Tuhan.

Selain itu, tadi pagi suami juga bilang berencana untuk mencari pekerjaan agar bisa menambah tabungan keluarga kecil kami. Gw tersenyum dan berterima kasih kepada Tuhan. Thank you Lord for everything you have given us.


No comments: